Tidak terasa sudah hampir 2 minggu ini saya 'puasa' membuat postingan di blog. Dikarenakan belakangan ini saya sedang dilanda rasa galau bin gundah gulana hehehe... Ada 2 kegalauan yang menyerang saya. Kegalauan yang pertama penting, kegalauan yang kedua lebih penting lagi hehehe...
Kegalauan yang pertama adalah, karena ini sudah memasuki akhir tahun, suasana liburan sudah terasa kental. Yang ada dipikiran tentu saja destinasi tujuan wisata. Jadi bisa dikatakan, yang saya lakukan jika sudah berada di depan komputer adalah mencoba mencari-cari tujuan wisata yang murah, meriah dan memuaskan. Berbagai destinasi wisata sudah saya coba 'pelajari' dengan matang agar kelak saya bisa 'mengajukan' proposal wisata akhir tahun pada suami saya hehehe... Tapi sepertinya saya harus sedikit kecewa, karena ternyata suami saya hanya kebagian cuti 1 minggu, itu pun di tanggal yang tidak indah. Setelah berkali-kali menghasut suami saya, akhirnya suami saya bersedia untuk mengubah tanggal dan lama cutinya. Namun alangkah mengecewakannya, ternyata teman-teman kantor suami saya sudah mendominasi jadwal cuti untuk bulan desember hingga januari. Sedih rasanya, karena pencarian saya selama ini sia-sia sudah :(
1 minggu bukanlah waktu yang memadai untuk liburan akhir tahun. Mau jalan-jalan di sekitar Afrika Selatan, kebanyakan tempat sudah kami datangi, sebagian tempat yang ingin kami kunjungi malahan sudah penuh sudah penuh sejak bulan Agustus katanya. Memang, kalau berkaitan dengan waktu liburan, orang-orang bergerak sungguh cepat!! Dan kami pun tentunya kalah cepat :(. Mau jalan-jalan keluar negeri atau pulang kampung sekalian, mana cukup waktu seminggu. Yang ada waktunya habis untuk di jalan. Dan akhirnya, hingga hari ini, kami belum juga memutuskan akan kemana kami di waktu seminggu di akhir tahun nanti :(
Kegalauan saya yang kedua, benar-benar penting. Kegalauan yang ini sebenarnya sudah melanda saya sejak setahun yang lalu. Lama amat galaunya? Mungkin kegalauan ini termasuk kategori long term disease hahahaha... Kegalauan kali ini berkaitan dengan sekolahnya AL.
Rencananya awal tahun depan kami ingin menyekolahkan AL. Tapi ternyata menentukan sekolah disini tidaklah semudah yang dibayangkan. Banyak faktor yang kami pertimbangkan. Tidak hanya sekedar memikirkan biaya atau jarak sekolah, tetapi kami lebih memikirkan tentang 'budaya' yang akan di ajarkan di sekolah.
Sebagai muslim yang tinggal di negara yang di dominasi oleh non muslim, hal ini menjadi pertimbangan besar kami. Apa latar belakang agama yang diajarkan di sekolah? Apakah AL bisa mendapatkan pengecualian ketika pelajaran agama? Apa sekolah tersebut menyediakan makan siang? Apakah mereka menyediakan makanan halal? Ketika sekolah mengadakan perayaan yang berkaitan dengan agama tertentu, apakah AL bisa tidak mengikutinya? Dan masih banyak lagi segudang pertanyaan lainnya di kepala saya. Inilah yang membuat saya galau selama setahun belakangan ini hehehe...
Saya menyadari bahwa kami berada di daerah minoritas muslim, maka kami pun tidak muluk-muluk untuk memasukkan anak kami ke sekolah dengan background sekolahnya agama Islam. Tapi setidaknya kami ingin mencari sekolah yang netral terhadap berbagai macam agama. Sekolah semacam ini bisa kami temukan di Afrika Selatan, karena Afrika Selatan adalah negara dengan julukan Rainbow Country. Yang artinya berbagai macam agama dan budaya yang menjadi latar belakang manusia ada di Afrika Selatan.
Alhamdulillah, setelah melalui pencarian ke berbagai sekolah, kami akhirnya menemukan 2 sekolah netral yang berada di daerah dekat dengan rumah kami. Diantara semua sekolah lainnya, salah satu dari sekolah ini merupakan sekolah termahal dan satu lainnya merupakan sekolah termurah hahahaha...
Sebagai orang tua, tentu saja kami sangat ingin memasukkan anak kami ke sekolah yang terbaik. Sekolah netral yang pertama merupakan sekolah dengan sistem pengajaran Montessori. Tidak seperti sekolah taman kanak-kanak umumnya di Indonesia, sekolah ini menerapkan aturan disiplin yang sangat ketat. Bagus sih, menerapkan disiplin sedari dini, tapi terkadang kami sebagai orang tua yang malahan agak sedikit merinding membaca aturannya hehehehe....
Salah satu aturan di sekolah ini yang agak memberatkan bagi kami adalah, tidak diizinkannya anak untuk tidak masuk sekolah (kecuali sakit) untuk alasan apapun. Tahun 2014 merupakan tahun yang penuh dengan rencana bagi kami. Rencana yang terbesar adalah suami saya yang berniat untuk mengambil sertifikasi CCIE. Untuk mengambil sertifikasi tersebut, suami saya berencana untuk mengikuti bootcamp di negara tertentu selama 1-2 minggu. Tentu saja.... mendengar rencana ini, saya sangat mendukung suami saya. Dan tentunya juga sebagai istri yang solehah dan anak yang berbakti, saya dan AL berniat untuk mendampingi suami saya ketika bootcamp dan ujian nanti, meskipun hanya untuk sekedar mendukung dan memberi semangat* (* baca : jalan-jalan) hahahahaha... Jadi dengan adanya rencana ini, sepertinya akan sulit untuk memasukkan anak kami ke sekolah Montessori tersebut. Karena kami juga tidak mau anak kami drop out hanya gara-gara ikut mendampingi sang ayah tercinta hehehehe... :p
Sekolah yang kedua merupakan sekolah lokal biasa. Biayanya pun lebih murah. Hanya saja jarak rumah sekolah agak jauh, kurang lebih 10 menit perjalanan (10 menit perjalanan disini artinya tanpa macet yaaa...). Sebenarnya secara AL baru 3 tahun juga, saya tidak masalah dengan sekolah ini. Jika AL masuk ke sekolah ini, hitung-hitung untuk melatih kemampuan bersosialisasinya saja. Masalahnya adalah, saya mempunyai teman yang anaknya seumuran AL dan akan masuk ke sekolah yang sama. Teman saya ini pasangan suami istri yang menurut saya sangat oportunis. Sedari dulu mereka selalu 'menggosok' saya untuk memasukkan AL ke sekolah yang sama dengan anak mereka agar mereka tidak perlu repot-repot untuk antar jemput. Seharusnya sih hal ini tidak jadi masalah juga, secara mereka tinggal di komplek yang sama juga dengan kami. Tapi mendengar alasan mereka, bahwa jika AL dan anaknya sekolah di tempat yang sama, maka mereka tidak perlu repot mengubah kebiasaan hidup mereka dan menghemat ongkos, membuat saya sedikit emosi. Sudah berkali-kali saya merasa dimanfaatkan oleh keluarga ini. Jadi saya sedikit tidak yakin, apakah kelak saya tidak akan mengeluh karena mereka mengambil keuntungan dari kami, meskipun kami tidak benar-benar dirugikan hehehe... Sebagai asli sunda yang katanya banyak basa-basi, saya sedikit kesulitan menghadapi teman-teman dari negara lain yang terkadang bisa sedikit memaksakan kehendaknya terhadap saya. Bahkan terkadang saya berpikir, apakah saya terlalu baik ataukah bodoh ketika menghadapi mereka hahahahaha... :p
Hingga postingan ini saya buat, belum ada satu pun solusi untuk kedua kegalauan saya ini. Postingan ini saya buat hanya sekedar curhatan pribadi, daripada stress sendiri hehehe... Begitu kegalauan saya ini terobati, saya akan segera kembali menuliskan postingan yang berguna dan penting bagi orang lain dan juga bagi diri saya sendiri...
No comments:
Post a Comment