Pada tanggal 16 Juli 2014 untuk pertama kali nya kami merasakan dahsyatnya terjangan typhoon di Filipina. Masyarakat lokal menyebut typhoon ini dengan sebutan typhoon Glenda. Namun secara internasional typhoon ini lebih dikenal dengan nama typhoon Rammasun. Konon katanya Rammasun ini berasal dari bahasa Thailand yang artinya Thunder God. Nah loh... dewa nya petir ini hehe...
Sebenarnya sejak tanggal 13 Juli, pemerintah sudah mengumumkan bahwa Filipina akan kedatangan "tamu". Dan seluruh masyarakat diminta untuk mempersiapkan diri. Yang di maksud dengan mempersiapkan diri yaitu ketika sekolah-sekolah baik public maupun private school sudah mulai di liburkan sejak tanggal 14 Juli. Dan jika keadaan memburuk, maka seluruh tempat umum pun diharuskan untuk ditutup. Menurut prediksi, typhoon akan datang pada tanggal 14 Juli kurang lebih pukul 14.00 waktu setempat. Namun ternyata ketika saatnya tiba, tidak terjadi apa pun. Cuaca pun masih cukup bersahabat, hanya saja awan mendung menutupi langit Filipina seharian.
Jujur saja kami sama sekali tidak mengetahui seperti apa typhoon itu. Bahkan dalam bayangan kami, typhoon itu hanya seperti hujan angin yang biasa terjadi di Indonesia. Oleh karena itu, kami pun tidak mempersiapkan apa pun untuk menyambut typhoon ini. Untungnya salah satu kenalan suami saya yang sudah menetap lama di Manila memberikan penjelasan seperti apa typhoon ini, dan berbagai kemungkinan yang akan terjadi ketika typhoon datang. Akhirnya, setelah mendapatkan penjelasan ini, pada tanggal 14 Juli kami memaksakan diri untuk berbelanja bahan makanan, air minum hingga lilin dan korek api sebagai persiapan menyambut typhoon.
Karena pada tanggal 14 Juli typhoon tidak kunjung datang, kami kira typhoon tidak akan terjadi di Manila. Ternyata muncul lagi pengumuman pemerintah yang menyatakan bahwa typhoon di perkirakan akan datang pada tanggal 15 Juli early morning. Benar saja, sejak kami bangun untuk bersantap sahur kurang lebih pukul 03.00 hujan lebat sudah mulai mengguyur Manila. Angin kencang pun mulai mengetuk-ngetuk jendela. Saat itu saya berfikir bahwa typhoon sudah dimulai. Setelah bersantap sahur dan melaksanakan shalat subuh pun kami kembali tidur. Namun kami cukup terkejut ketika kira-kira pukul 06.00 ruangan terasa pengap dan listrik mati. Dan kami lebih terkejut lagi ketika melihat keluar jendela, angin bertiup sangat-sangat kencang. Seumur hidup, kami belum pernah melihat angin bertiup sekencang itu. Di udara pun terlihat banyak UFO berterbangan. Kami baru sadar...bahwa ternyata inilah yang namanya typhoon....
Typhoon ini puncak terjadinya kurang lebih selama 4 jam. Dan selama itu pula listrik byar pet. Menurut keterangan teman suami saya, gedung-gedung sengaja mematikan listrik sementara untuk menghindari kerusakan. Karena tidak ada listrik, jadilah selama 4 jam itu yang kami bertiga lakukan hanya menatap keluar dari jendela dan memandangi pengalaman pertama yang berharga ini hehehe...
Berdasarkan info yang kami baca, typhoon ini berpusat di daerah Legaspi City, sekitar 450 km dari Manila. Diperkirakan kecepatan angin di pusat typhoon berkisar 175 km/jam. Sungguh sulit di bayangkan bagaimana nasib masyarakat yang berada di sekitar pusat typhoon. Karena kami saja yang berada di Manila sudah merasakan betapa dahsyatnya tiupan angin ini.
Ibaratnya Jepang yang sering terkena bencana gempa bumi, maka Filipina cukup sering terkena bencana typhoon. Namun satu hal yang saya apresiasi adalah informasi mengenai prediksi kedatangan typhoon ini sangat jelas dan semua masyarakat pun mempersiapkan diri dengan cukup baik dalam menghadapi bencana ini. Meskipun demikian, sejumlah korban jiwa dan kerusakan masih tetap tidak bisa di hindari.
Berbagai ukuran papan iklan di persiapkan untuk menghadapi terjangan angin yang dahsyat |
Sisa-sisa dahsyatnya Glenda masih terlihat di berbagai sudut kota. Mulai dari pepohonan yang berserakan hingga padam nya listrik di sejumlah daerah. Langit pun terlihat masih kurang bersahabat. Seharian matahari tidak terlihat sama sekali dan curah hujan pun sangat tinggi. Pemerintah menargetkan pada hari jumat, 18 Juli jaringan listrik sudah akan kembali normal dan sekolah-sekolah pun mulai di buka kembali. Tetapi khusus untuk AL, saya berencana untuk menganggap libur kali ini sebagai long wiken, dan AL akan kembali sekolah senin minggu depan hahahaha... :p
Berdasarkan berita di media cetak per tanggal 20 Juli, jumlah korban tewsas akibat topan ini berjumlah 86 orang, sementara korban luka mencapai 232 orang. Selain itu, topan ini juga menghancurkan 29.808 rumah. Sementara itu jumlah rumah yang rusak di daerah terdampak lain seperti Luzon dan Visayas sejumlah 117.674 rumah.
Typhoon ini sudah menyebabkan banjir, kerusakan jalan, 46 domestic flights and 19 international flights telah di cancelled, serta kerusakan jaringan listrik di 9 provinsi. Jadi bisa di bayangkan kan bagaimana dahsyatnya typhoon ini??
Meskipun typhoon ini merupakan bencana alam, namun bagi kami merupakan pengalaman yang sangat berharga. Semoga saja dimana pun kami berada kami selalu berada dalam lindungan Allah SWT. Aamiin....
* Foto-foto dampak dari typhoon saya dapatkan dari grup whatsapp WNI di philippine
Typhoon ini sudah menyebabkan banjir, kerusakan jalan, 46 domestic flights and 19 international flights telah di cancelled, serta kerusakan jaringan listrik di 9 provinsi. Jadi bisa di bayangkan kan bagaimana dahsyatnya typhoon ini??
Meskipun typhoon ini merupakan bencana alam, namun bagi kami merupakan pengalaman yang sangat berharga. Semoga saja dimana pun kami berada kami selalu berada dalam lindungan Allah SWT. Aamiin....
* Foto-foto dampak dari typhoon saya dapatkan dari grup whatsapp WNI di philippine
No comments:
Post a Comment