Always Learn for Better Life: Living in South Africa part 6 : Serba-serbi tinggal di Afrika Selatan

Tuesday 3 December 2013

Living in South Africa part 6 : Serba-serbi tinggal di Afrika Selatan

Sesuai dengan judulnya, postingan kali ini saya akan menceritakan berbagai hal yang saya rasakan dan saya alami selama tinggal di Afrika Selatan. Sebagian penting, sebagian lagi gak penting-penting amat, tapi cukup menarik untuk diceritakan hehehe... Anda boleh tertawa ketika membacanya, namun bagaimanapun juga yang saya tuliskan kali ini adalah kenyataan. IT'S NO JOKE!! Beda negara, beda pula budayanya :D 


Greetings
Greetings kalo diterjemahkan kurang lebih artinya salam atau sapaan. Masyarakat Afrika Selatan ini terkenal suka menyapa atau memberi salam. Bagi mereka greetings ini merupakan KEWAJIBAN. Kenapa saya menulis huruf kapital semua? Itu maksudnya untuk menegeskan betapa pentingnya greetings bagi mereka. Seperti apa greetings nya? Berikut saya tuliskan rumus greetings. Pake rumus segala? Ya biar gak salah hahahahaha.... Karena rumus ini berlaku untuk hampir semua sikon.. kita harus menyapa seperti ini : 

A : "Hello, how are you?" atau "Heita, Howzit?" 
B : "I'm good, and you?" atau "Fine, yourself?" 
A : "I'm good, thanks" 

Rumus ini harus diaplikasikan jika kita bertemu dengan orang yang kita kenal atau setidaknya tahu, meskipun gak kenal-kenal amat, atau bahkan ketika kita mau menanyakan sesuatu pada orang lain, meskipun kita tidak mengenalnya. Sebagai contoh, saya akan sharing pengalaman saja langsung yah... 
"Pada suatu hari, kami sedang berjalan-jalan di mall terbesar di Johannesburg. Ketika selesai berbelanja, kami menelepon supir dan meminta dijemput. Saat itu supir sudah menunggu di parkiran, tetapi kami agak tersesat dan tidak menemukan tempat yang kami maksud. Maklum, karena pertama kali, agak bingung juga menemukan jalan keluarnya. Pada saat itu, kami agak terburu-buru karena supir kami sudah menunggu lama dan kami sudah berkeliling-keliling cukup jauh. Melihat mba-mba di information centre, langsunglah kami mendekati dan berniat untuk menanyakan arah. Kurang lebih, beginilah percakapan kami dengan mba-mba information centre 

Kami : Excuse me, do you know where is the way to the main gate? We are looking for parking space on the G level, but we can't find it. Can you show me the way? (sambil terburu-buru, dengan tatapan yang mengharapkan jawaban langsung) 
Mba-mba : (senyum dan dengan santainya berkata... ) Hello, how are you?
Kami : (dengan agak bingung menjawab) I'm good
Mba-mba : You should ask how am I doing as well (sambil tetep senyum) 
Kami : (sambil tambah linglung..) How are you? 
Mba-mba : I'm good, thanks. So, where are you going to go? (sambil tetap tersenyum) 
Kami : (tepok jidat, usap-udap dada, sambil menahan emosi mengulang kembali pertanyaannya) 

Jaaaddiiii...intinyaaa.... dalam keadaan apapun jangan lupa untuk memberikan greetings jika kita berada di Afrika Selatan. Hal ini juga berlaku jika kita akan menelepon call centre. Meskipun pulsa sudah menipis, tapi greetings harus tetep ada hehehehe.... 

Braai 
Braai adalah aktifitas favorit masyarakan Afrika Selatan. Kalau di Indonesia, kegiatan ini hampir mirip dengan sate-sate atau BBQ alias bakar-bakaran. Dimanapun juga, ketika wiken atau hari libur lainnya, braai menjadi keharusan. Oleh karena itu jangan heran jika hampir disetiap tempat wisata, selalu tersedia tempat bakar-bakaran gratis. Kita cukup membawa arang dan dagingnya saja. 

Aktivitas wiken 
Apa yang masyarakat Indonesia lakukan ketika wiken? Jalan-jalan ke mall, menuju tempat wisata, berkumpul bersama teman. Apapun aktivitasnya, rasanya cukup jarang orang Indonesia yang memilih untuk berdiam diri di rumah selama wiken. Tapi lain di Afrika Selatan, lain pula di Indonesia. Di Afrika Selatan, justru tidak banyak orang yang keluar rumah. Mayoritas masyarakat Afrika Selatan memilih untuk beristirahat di rumah selama wiken. Untuk menghilangkan stress, mereka biasanya minum-minum bersama keluarga atau teman di malam hari. Dan siang harinya mereka bermalas-malasan di rumah sambil melakukan braai. Efek negatif dari kebiasaan wiken ini adalah meningkatnya jumlah kecelakaan lalu lintas pada saat wiken dan libur panjang, karena meningkatnya jumlah orang yang mengemudi sambil mabuk. Sepertinya di Afrika Selatan ini malaikat pencabut nyawa selalu lebih sibuk di hari-hari libur hehehehe... 

Libur tiba, semua orang mau libur 
Masih berkaitan dengan kebiasaan masyarakat Afrika Selatan ketika hari libur tiba. Diantara berbagai macam kebiasaan yang kami temukan, kebiasaan yang satu ini kadang masih suka membuat kami jengkel hehehe... 
Di Indonesia, ketika hari libur, biasanya tempat-tempat ramai seperti mall buka untuk waktu yang lebih lama. Bahkan hari besar keagamaan pun berbagai bisnis tetap berjalan normal. Tapi di Afrika Selatan, justru kebalikannya. Saat hari libur tiba, justru tempat-tempat keramaian buka setengah hari. Bahkan pada hari besar keagamaan, tutup sama sekali. Suami saya selalu ngedumel dan bilang kalau orang Afrika Selatan tidak ada jiwa bisnisnya hahahahaha... Jadi bisa dikatakan, Afrika Selatan bukanlah negara yang tepat bagi orang yang mau berfoya-foya. Tapi Afrika Selatan adalah negara yang tepat untuk menghemat hahahahaha... 

Apapun makanannya, minumnya Coca-Cola 
Kalau di Indonesia, apapun makanannya, minumnya kebanyakan teh. Kalo di Afrika Selatan, apapun makanannya, minumnya Coca-Cola. Jumlah minuman bersoda yang mereka minum ini juga tidak bisa dibilang sedikit!!! Anda bayangkan saja, dalam sekali makan, mereka rata-rata meminum minuman ini minimal 1 liter per orang. Dari mana saya tau? Tentunya saya sudah survei sendiri hehehehe... Hal ini saya lakukan saking terheran-herannya dengan kebiasaan mereka. Bahkan untuk pekerja level rendah, mereka terbiasa makan siang dengan 1 loaf roti + Coca-Cola 2 liter. Tidak heran jika masyarakat Afrika Selatan, khususnya yang berkulit hitam memiliki badan berukuran jumbo yang dada maju kedepan, dan pantat mundur ke belakang. Apa yang saya katakan ini bukanlah lelucon, tapi kenyataan!! Bahkan anak-anak pun sudah sangat terlatih untuk mengkonsumsi minuman bersoda ini dalam jumlah yang sangat banyak. 
*Kebanyakan dilakukan oleh masyarakat berkulit hitam 

Label harga = Prestige 
Serba serbi yang satu ini sungguh selalu membuat saya ingin tertawa. Dahulu, ketika awal-awal pindah ke Afrika Selatan, suami saya pernah bercerita bahwa di kantornya ada salah satu temannya menggunakan jas baru. Tau dari mana itu jas baru? Karena di bagian belakang jas tersebut masih tergantung label harganya. Positif thinking nya suami saya, mungkin dia lupa mencabut label harga. Dan suami saya pun memberi tahu temannya tersebut, bahwa di bajunya masih tergantung label harga. Namun ternyata, temannya itu mengatakan bahwa ia sengaja membiarkan label harga tersebut tetap tergantung, dengan maksud agar orang tahu bahwa baju tersebut harganya mahal hahahahaha.... Apakah anda pikir saya sedang bercanda???? Awalnya juga saya berpikir bahwa suami saya sedang bercanda, sampai akhirnya suatu saat ketika sedang berjalan-jalan di mall, saya melihat sendiri orang yang dengan pede nya berjalan-jalan dengan label harga masih tergantung. Sejak itu lah kami berpendapat bahwa di Afrika Selatan, label harga merupakan bagian dari menjaga gengsi hahahahahaha..... 
* Dilakukan oleh masyarakat berkulit hitam 

Pecinta Cuka 
Apakah anda menyukai rasa asam cuka? Cuka bisa memberikan rasa asam segar pada makanan seperti kuah pempek, baso, atau rujak. Waahh...nikmatnya.... Namun bagaimana jika anda menuangkan cuka langsung pada berbagai macam makanan? Itulah yang terjadi di Afrika Selatan. Jika anda makan di resto, maka cuka akan selalu hadir di meja anda. Bahkan beberapa kali saya makan di resto cepat saji, beberapa orang yang take away, sengaja membuka bungkusan makanan agar bisa menuangkan cuka di seluruh makanan mereka. Dan jangan kaget pula, jika anda akan membeli cuka di supermarket, kebanyakan cuka-cuka tersebut di kemas dalam ukuran yang besar. 

Peri-peri 
Peri-peri ini adalah sambal khas Afrika Selatan. Jika anda makan di luar, jangan pernah berharap akan mendapatkan sambal seperti sambal ABC yang biasa kita gunakan di Indonesia. Tapi yang akan anda dapatkan adalah sambal peri-peri ini. Seperti yang sudah saya katakan sebelumnya, masyarakat Afrika Selatan ini sangat menyukai asam cuka. Begitu pula dengan sambal khas mereka ini. Bagi saya, pedas maksimal di peri-peri ini tidaklah sepedas sambal-sambal di Indonesia. Tapi satu hal yang mencolok dari rasanya adalah rasa asam. Makin meningkat level pedasnya, makin meningkat pula level asamnya. Terkadang saya lebih tidak kuat akan rasa asamnya, dibanding rasa pedasnya. Saking populernya, peri-peri ini biasa digunakan sebagai sambal, bahan olesan untuk braai, bahkan berbagai snack menggunakan rasa peri-peri. 

Saus tomat 
Sepertinya rasa asam memang wajib dalam setiap masakan Afrika Selatan. Kalau anda suka menambahkan saus sambal ketika akan memakan makanan dari resto cepat saji seperti KFC atau McD, bersiap-siaplah untuk kecewa. Karena di resto cepat saji ini hanya akan disediakan saus tomat dan garam berbumbu. Oleh karena itu, kadang kami membawa sambal ABC sachet agar cita rasanya tetap sesuai dengan selera kami hehehehe.... 

Sendok 
Pernahkan anda mencoba makan nasi dengan menggunakan garpu? Kalau anda berniat ke Afrika Selatan, tidak ada salahnya anda mulai melatih keterampilan makan nasi dengan menggunakan garpu. Mayoritas nasi yang digunakan di Afrika Selatan bukanlah nasi yang lengket dan bisa menyatu antara bulir-bulir berasnya yaa.. Tetapi nasi yang kebanyakan digunakan disini adalah nasi dari beras Basmati, atau beras India. Yang khas dari beras ini adalah, antara bulir berasnya tidak pernah menempel satu dengan yang lain. Jadi bisa dibayangkan kan bagaimana sulitnya makan nasi yang berbulir-bulir dengan menggunakan garpu. Bahkan pernah awal-awal kami pindah ke Afrika Selatan, kami diundang makan berbuka puasa di rumah teman yang asli Afrika Selatan. Sungguh kami sangat kebingungan ketika waktunya bersantap, tapi tidak satu pun dari kami diberi sendok untuk makan. Mau meminta sendok kami malu, karena melihat tuan rumah pun makan nasi menggunakan garpu. Akhirnya kami pun mengikuti cara si empunya rumah makan, yaitu makan nasi dengan menggunakan garpu. Sungguh bukan hal yang mudah dilakukan. Karena nasi selalu jatuh diantara garpu. Akhirnya walaupun perut kelaparan, hanya sedikit nasi yang berhasil masuk ke mulut kami.  Saran saya, selalu sediakan sendok jika anda akan makan diluar hehehehehe.... 

Antri
Jadi teringat masa-masa dulu di Indonesia kalau jam-jam pergi atau pulang kantor, mau naik metro mini, berdesak-desakan, maka yang akan berhasil naik adalah yang tangguh menembus orang-orang yang berdesak-desakkan. Tapi jangan membayangkan hal yang sama disini. Meskipun angkutan umum disini minim, tapi semua orang selalu mengantri untuk bisa naik angkutan tersebut. 
Budaya antri juga terlihat dari tertibnya perilaku berlalu lintas. Lampu lalu lintas mati? Jangan langsung dibayangkan macet. Disini para pengemudi sangat tertib. Masing-masing pengemudi memiliki kesadaran diri dan toleransi yang tinggi terhadap sesama. Sehingga kemacetan apalagi perang klakson tidak pernah terjadi di sini. Hal ini membuat kami berfikir, bahwa jika nanti kami kembali ke Indonesia sepertinya dengan cara mengemudi kami yang mulai terbiasa disini, kami akan sering di caci maki oleh pengemudi lain di Indonesia ahahahaha....  

Musim dingin = musim selimut 
Sebagai orang yang biasa tinggal di negara tropis, tentunya bisa merasakan musim dingin adalah hal yang luar biasa bagi kami. Kami selalu berusaha untuk melindungi tubuh kami dari udara dingin tapi sekaligus kami pun ingin terlihat tetap menarik hehehehe...:p Beda halnya dengan masyarakat Afrika Selatan. Pada musim dingin, anda jangan kaget jika tiba-tiba melihat orang yang jalan dengan membawa selimut. Selimut??? Iya benar selimut hahahaha... Selimut yang mereka bawa ini biasanya dari bahan seperti handuk berukuran besar hingga selimut yang tampaknya seperti bed cover. Jadi jangan merasa takut salah dalam memilih baju di musim dingin. Prinsip orang-orang Afrika Selatan adalah yang penting hangat hahahahaha... 
* Selimut berbentuk handuk besar banyak digunakat masyarakat berkulit hitam 
* Selimut bed cover banyak digunakan masyarakat bule 

Nyeker 
Nyeker alias tanpa alas kaki biasanya kita lihat di kampung-kampung. Tapi kalau disini anda jangan terheran-heran jika melihat anak-anak atau bahkan orang dewasa pun jalan-jalan di mall tanpa alas kaki. Jumlah orang nyeker disini akan meningkat pada musim panas. Entah apa dasarnya mereka tidak menggunakan alas kaki. Kalau di Indonesia, ada orang nyeker mungkin akan ditegur satpam atau di tatap sinis oleh penjaga toko. Tapi selama ini sepertinya tidak masalah jika mereka memasuki toko-toko dengan tanpa alas kaki. Bagi orang Afrika Selatan, yang penting isi dompet, bukan bagaimana penampilan sesaat hehehehe.... 
* Banyak dilakukan oleh masyarakat bule 

Loud music 
Salah satu kebiasaan orang hitam disini adalah mendengarkan musik dengan volume yang luar biasa kencang. Jika mereka menyalakan audio di mobil, maka dari jarak 300 meter anda pasti sudah bisa mendengarnya. Jika mereka mendengarkan musik di rumah, maka dengan jarak 3 rumah anda pun bisa ikut mendengarkan musik tersebut.   Memang sih tidak semua orang disini menyetel musik kencang-kencang, tapi sepertinya hal tersebut dianggap lumrah. Masih mending jika mobil dengan musik kencang itu mobil bagus, kadang mobil butut pun tidak mau kalah. Suami saya bilang, kalau di Indonesia perilaku seperti ini persis dengan kelakuan supir-supir angkot di daerah tangerang atau palembang hahahaha.... 
* Biasanya dilakukan oleh masyarakat berkulit hitam 

Trolley belanja = stroller 
Ketika pertama kali ke Afrika Selatan, AL masih berumur 1 tahun. Meskipun sudah lancar jalan, tetapi kebiasaan di Indonesia kalau jalan-jalan masih suka menggunakan stroller karena kadang capek juga kalau harus gendong-gendong. Maklum, AL tiba-tiba suka mulai ogah jalan kalau dah kerasa capek. Saya sempat bingung, apakah saya harus membawa stroller ke Afrika Selatan? Secara ketika menuju Afrika Selatan, saya melakukan perjalanan panjang tersebut hanya berdua dengan AL karena suami sudah berangkat terlebih dahulu. Saya pikir, akan ribet sekali jadinya jika saya harus membawa stroller. Tas yang dijinjing saja saya bawa 3, belum lagi menuntun AL. Karena pertimbangan tersebut akhirnya saya merelakan tidak bawa stroller. Namun alangkah terkejutnya saya ketika pertama kali berjalan-jalan di mall, tidak semua orang menggunakan stroller untuk mendorong anaknya, bahkan kebanyakan menggunakan trolley belanjaan dari supermarket yang ada di mall tersebut. Waktu di Indonesia, bahkan ada beberapa mall yang tidak mengijinkan trolley dibawa untuk berkeliling mall. Tapi di Afrika Selatan ini, trolley cukup bebas dibawa keliling-keliling mall. Bahkan ada juga orang yang mendorong trolley nya hingga keluar mall. Meskipun tidak berbelanja di supermarket yang bersangkutan, tetapi dengan cueknya semua orang menggunakan trolley sesuai dengan kebutuhan masing-masing hehehe... Alhamdulillah, jadi saya tidak perlu beli stroller baru buat AL. Kalau dia sudah mulai rewel minta gendong, cukup cari trolley nganggur, langsung dudukin deh di trolley. Bahkan terkadang AL sampai ketiduran di dalam trolley hahahaha... 

Apa yang saya tuliskan di postingan ini berdasarkan pengalaman kami. Hal-hal yang terkadang masih membuat saya berpikir bahwa this is Afrika hehehehe...;) 

No comments:

Post a Comment